26 Juni 2024

Pembaruan Trikaul VI & Persiapan Kaul Kekalku sebagai Biarawan Ordo Hamba-hamba Maria

   Setiap tanggal 30 Juni, aku bersama kesembilan saudaraku menjalani momen istimewa dalam hidup kami sebagai biarawan. Lima di antara kami berada di komunitas 7 Bapa Pendiri di Malang, sementara empat lainnya berkarya di Meksiko. Pada hari itu, kami berkumpul untuk memperbarui Kaul-kaul kebiaraan kami. Ritual tahunan ini dapat dianalogikan dengan perayaan ulang tahun Kaul perdana kami. Tahun ini menandai pembaruan Kaul untuk keenam kalinya sejak kami pertama kali mengucapkannya. Momen ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan hidup religius kami sebagai para hamba Maria. Ini bukan sekadar formalitas, melainkan kesempatan berharga untuk mengevaluasi kembali komitmen dan dedikasi kami kepada Tuhan dan sesama.
    Dalam prosesi pembaruan Kaul ini, kami diajak untuk merenungkan kembali janji-janji yang telah kami ucapkan. Kami merefleksikan bagaimana kami telah menghidupi Kaul-kaul tersebut selama setahun terakhir, mengakui kekurangan kami, dan memperbarui tekad untuk hidup lebih setia pada panggilan ini. Pembaruan Kaul juga menjadi momen untuk menguatkan ikatan persaudaraan di antara kami. Meskipun terpisah jarak, dengan sebagian berada di Indonesia dan sebagian di Meksiko, kami dipersatukan dalam semangat dan tujuan yang sama. Kami saling mendukung dalam doa dan semangat, menyadari bahwa perjalanan ini bukan hanya milik pribadi, tetapi juga milik komunitas.
    Sebagai para hamba Maria, kami berusaha meneladani sikap pelayanan dan kesetiaan Bunda Maria. Pembaruan Kaul ini menjadi pengingat akan panggilan kami untuk menjadi saksi kasih Kristus di dunia, mengikuti jejak Maria yang setia. Kami berharap, melalui pembaruan komitmen ini, kami dapat semakin bertumbuh dalam iman dan pelayanan, membawa kehadiran Kristus ke tengah masyarakat yang kami layani.
    Setiap kali aku memperbarui kaul-kaulku - kemiskinan, ketaatan, dan kemurnian - aku merasa seperti menegaskan kembali janji pernikahanku dengan Kristus dan bunda Maria. Ini bukan sekadar formalitas atau rutinitas tahunan, melainkan sebuah kesempatan untuk menyelami lebih dalam makna panggilan hidupku. Dalam proses ini, aku diajak untuk merefleksikan bagaimana aku telah menghidupi kaul-kaul ini selama setahun terakhir, mengakui kegagalan dan kelemahanku, serta memperbaharui tekadku untuk hidup lebih setia pada panggilan ini.

23 Juni 2024

Minggu, 23 Juni 1996 - Minggu, 23 Juni 2024

     Aku lahir pada hari Minggu, 23 Juni 1996 yang membawa harapan dan mimpi baru bagi keluargaku. Pada hari ini, usiaku sudah 28 tahun. Usia yang sudah tidak muda lagi, namun tidak mengarah kepada penuaan dini. Yang paling membahagiakan bagiku pada masa ulang tahunku pada tahun ini ialah terjadinya penggenapan hari, yakni hari Minggu. Minggu, 23 Juni 1996 dan Minggu, 23 Juni 2024. Ini merupakan kesempatan yang langka dan unik karena boleh benar-benar merasakan kehadiranku di dunia pada saat dan waktu yang tepat. Pada hari ini, aku boleh berbangga diri karena diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk merasakan kelahiranku yang kedua dari rahim seorang wanita hebat bernama mama. Kepada Sang Khalik, terima kasih telah memberikan kesempatan yang berharga ini kepadaku hingga diperkenankan merasakan hari di mana aku dilahirkan 28 tahun yang lalu. 
    Dalam tulisan singkat ini, aku akan merefleksikan perjalanan hidupku yang dimulai dari langkah-langkah kecil di SDK Kedindi, tempat aku menghabiskan enam tahun pertama pendidikanku. Di sana, aku belajar membaca, menulis, dan menghitung, namun yang lebih penting, aku mulai memahami arti persahabatan dan kerja keras orang tua dan guru dalam mendidikku hingga hari ini. Keluargaku memiliki komposisi yang unik dan istimewa. Kami terdiri dari lima orang anak, semuanya laki-laki, yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai "Pandawa". Layaknya kisah pewayangan Mahabharata, kami berlima tumbuh bersama di bawah asuhan seorang wanita tangguh bernama Mama dan seorang pria pekerja keras bernama papa. Mama, ibarat Kunti dalam cerita Pandawa, menjadi pilar kekuatan dan kebijaksanaan dalam keluarga kami. Sebagai salah satu dari lima bersaudara, aku merasakan dinamika khusus dalam keluarga. Kami belajar untuk saling mendukung, bersaing secara sehat, dan menjaga satu sama lain. Setiap dari kami memiliki peran dan karakteristik unik, seperti Pandawa dalam kisah pewayangan. Ada yang mungkin lebih bijaksana seperti Yudhistira, yang kuat seperti Bima, cerdas seperti Arjuna, atau memiliki keterampilan khusus seperti Nakula dan Sadewa.
    Saat memulai pendidikan di SDK Kedindi, aku membawa nilai-nilai yang ditanamkan dalam keluargaku. Persahabatan yang kujalin di sekolah memperluas pemahaman tentang keluarga, menunjukkan bahwa ikatan yang kuat bisa terbentuk di luar hubungan darah. Kerja keras yang kualami di rumah membantu aku menghadapi tugas-tugas sekolah dengan tekun. Memasuki masa remaja, aku melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi setingkat di atas SD yakni SMPN Terbuka Reok selama tiga tahun. Periode ini membuka wawasanku lebih luas, memperkenalkanku pada berbagai tantangan dan kesempatan baru. Aku mulai mengenal diriku lebih dalam, menemukan minat dan bakatku bersama dengan para guru dan teman-teman seperjuangan yang kini sudah berbeda jalan. 
    Tiga tahun berikutnya kuhabiskan di SMAK St. Gregorius Reok, di mana aku tidak hanya memperdalam pengetahuan akademis, tetapi juga mengembangkan nilai-nilai spiritual yang kelak akan sangat memengaruhi arah hidupku. Setelah lulus SMA, aku merasakan panggilan yang lebih dalam dari kedalaman hatiku. Aku memutuskan untuk menjalani masa formasi dalam komunitas St. Maria hamba Tuhan Ruteng selama tiga tahun. Periode ini menjadi titik balik dalam hidupku, di mana aku belajar tentang pengabdian, refleksi diri yang mumpuni, dan makna hidup yang lebih dalam. Aku menemukan kekuatan dalam doa dan pelayanan kepada Tuhan dalam diri sesama, yang membentuk fondasi kuat bagi perjalanan spiritualku.   

    Perjalananku berlanjut dengan masa formasi lanjutan sebagai Profes S1 selama empat tahun di Malang. Di sini, aku tidak hanya memperdalam pengetahuan teologis dan filosofis, tetapi juga belajar untuk menerapkan ajaran-ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Aku dihadapkan pada berbagai pemikiran dan perspektif baru yang memperkaya pemahamanku tentang iman dan kemanusiaan. Setelah menyelesaikan studi S1, aku diberi kesempatan untuk menjalani masa pastoral di Paroki Maria Diangkat ke Surga (MDKS) - Tumpang, selama sepuluh bulan. Pengalaman ini membuka mataku pada realitas kehidupan masyarakat dan umat secara umum, mengajarkanku tentang empati, kesabaran, dan pentingnya menjadi teladan bagi orang lain. Aku belajar bahwa teori yang kupelajari harus diterjemahkan menjadi tindakan nyata untuk membawa perubahan positif bagi perkembangan iman umat yang kulayani.
    Kini, di usiaku yang ke-28 tahun, aku sedang berusaha menyelesaikan semester tiga dan empat tingkat dua S2. Refleksi atas perjalanan hidupku membuat aku sadar betapa banyak yang telah kualami dan kupelajari dalam hidup. Dari seorang anak kecil di SDK Kedindi hingga menjadi mahasiswa pascasarjana, setiap tahap telah membentukku menjadi diriku yang sekarang. Aku merasa bersyukur atas setiap kesempatan, tantangan, dan pelajaran yang telah kuterima. Perjalanan ini telah mengajarkanku tentang ketekunan, kerendahan hati, dan pentingnya terus belajar tanpa lelah. Aku sadar bahwa setiap pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang sulit, telah berkontribusi pada pertumbuhan pribadi dan spiritualku.
    Menatap ke depan, aku merasa optimis namun juga sadar akan tanggung jawab yang kuemban. Pendidikan dan pengalaman yang telah kudapatkan bukan hanya untuk diriku sendiri, tetapi juga untuk melayani orang lain dan membawa perubahan positif di masyarakat. Aku berharap dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah kuperoleh untuk terus berkontribusi dalam pelayanan dan pengembangan diri serta orang lain.
    Pada ulang tahunku yang ke-28 ini, aku tidak hanya merayakan bertambahnya usia, tetapi juga mensyukuri perjalanan yang telah membentukku. Aku menyadari bahwa masih banyak yang harus kupelajari dan capai, namun aku merasa siap menghadapi tantangan dan kesempatan yang akan datang. Dengan fondasi yang telah dibangun selama 28 tahun ini, aku berharap dapat terus tumbuh, melayani, dan memberi makna bagi kehidupanku dan orang-orang di sekitarku, terutama mereka yang dipercayakan Tuhan untuk dilayani dengan cinta yang ikhlas seperti teladan yang diajarkan-Nya.

Ordo Hamba-hamba Maria (OSM)

Sang Pelindung Penyakit Kanker dari OSM

    Pada hari ini dalam Ordo Hamba-hamba Maria (OSM) dirayakan pesta dari salah seorang figur besar yang juga merupakan satu dari antara San...

Para Hamba Maria