Bagaimanakah mungkin seorang yang memiliki peran penting dalam Gereja Katolik tidak begitu familiar dalam Kitab Suci? Pertanyaan seperti ini bukan tidak layak untuk dipertanyakan, malah ini bisa menjadi pertanyaan penting dalam perjalanan panggilan hidup sebagai seorang Kristiani sejati. Lalu, bagaimanakah kita dapat menggambarkan pribadi St. Yusuf yang lazim dikenal sebagai seorang tukang kayu, ayah Yesus, dan suami St. Maria?
Yusuf, seorang tukang kayu
Santo Yusuf adalah seorang yang setia, baik, dan murah hati. Namun demikian, Ia sempat ragu untuk mempersunting Maria sebagai istri. Ketika dia dan Maria akan menikah, dia mengetahui bahwa Maria akan memiliki bayi dan dia tak tau apa yang harus dilakukannya saat itu. Hingga pada suatu malam, seorang malaikat datang kepada Yusuf dan memberitahu bahwa bayi yang dikandung Maria adalah Putra Allah dan memberitahu agar siap sedia menikahi Maria. Malaikat itu juga meminta Yusuf menamai bayi itu “Yesus” yang akan menjadi Juruselamat bagi dunia. Hal tersebut membuat keraguan Yusuf hilang. Tidak hanya sekali, malaikat pun datang untuk kedua kalinya meminta Yusuf untuk membawa Maria dan Yesus ke Mesir, menghindari Raja Herodes yang ingin membunuh seluruh anak-anak di Betlehem yang berumur di bawah dua tahun. Kemudian, malaikat pun datang untuk ketiga kalinya agar Yusuf, Maria, dan Yesus kembali. Dengan setia Yusuf mematuhi kembali apa yang dikatakan malaikat kepadanya. Yusuf membawa Maria dan Yesus ke Nazaret di Galilea dan tidak kembali ke Betlehem.
Sepanjang hidupnya Santo Yusuf menjalankan tugas dan kewajibannya dengan berani dan setia, baik dalam mematuhi perkataan malaikat kepadanya maupun dalam menjalankan perintah-perintah Tuhan yang diberikan kepadanya seperti membawa keluarganya ke Mesir agar tetap aman dari Raja Herodes lalu kembali ke Nazaret, membawa Yesus ke Bait Allah untuk disunat dan dipersembahkan kepada Allah dan melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Paskah. Santo Yusuf menerima tanggung jawab panggilannya dengan menjadi seorang suami dan ayah yang setia, Ia memberikan yang terbaik yang dapat dilakukan untuk keluarganya saat itu. Pada abad VII dan IX, pada 19 Maret ditentukan sebagai Hari Raya Santo Yusuf. Pada 1955, Sri Paus Pius XII (1939- 1958) memaklumkan pesta Santo Yusuf pekerja yang dirayakan pada 1 Mei. Pesta ini menekankan martabat pekerjaan dan keteladanan Santo Yusuf sebagai pekerja dan untuk menyetakan kembali keikutsertaan Gereja dalam karya penyelamatan Allah.
Sepanjang hidupnya Santo Yusuf menjalankan tugas dan kewajibannya dengan berani dan setia, baik dalam mematuhi perkataan malaikat kepadanya maupun dalam menjalankan perintah-perintah Tuhan yang diberikan kepadanya seperti membawa keluarganya ke Mesir agar tetap aman dari Raja Herodes lalu kembali ke Nazaret, membawa Yesus ke Bait Allah untuk disunat dan dipersembahkan kepada Allah dan melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Paskah. Santo Yusuf menerima tanggung jawab panggilannya dengan menjadi seorang suami dan ayah yang setia, Ia memberikan yang terbaik yang dapat dilakukan untuk keluarganya saat itu. Pada abad VII dan IX, pada 19 Maret ditentukan sebagai Hari Raya Santo Yusuf. Pada 1955, Sri Paus Pius XII (1939- 1958) memaklumkan pesta Santo Yusuf pekerja yang dirayakan pada 1 Mei. Pesta ini menekankan martabat pekerjaan dan keteladanan Santo Yusuf sebagai pekerja dan untuk menyetakan kembali keikutsertaan Gereja dalam karya penyelamatan Allah.
Yusuf, ayah Yesus
Yusuf (juga Yusuf yang bertunangan, Yusuf dari Nazaret, dan Yusuf Pekerja), menurut tradisi Kristen, adalah suami Maria dan ayah angkat Yesus dari Nazaret. Iman Kristen berpendapat bahwa Yusuf tidak melahirkan Yesus secara fisik, tetapi Maria mengandungnya melalui sarana ilahi. Menurut Injil Matius, Yusuf menderita karena kehamilan Maria yang tampaknya tidak sah tetapi melindungi dia dan Yesus yang belum lahir dengan menerima dia sebagai istrinya setelah seorang malaikat menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dan mengarahkannya untuk melakukan hal tersebut. Menerima hadiah kaya dari orang majus timur yang misterius di Betlehem setelah kelahiran Yesus, ia kemudian melarikan diri ke Mesir untuk menghindari murka Herodes Agung, kembali ke tanah Israel setelah kematian Herodes dan menetap di Nazareth. Dalam catatan Lukas, Yusuf melakukan perjalanan ke Betlehem untuk melakukan sensus dan kembali ke Nazaret tanpa pergi ke Mesir, setelah memperkenalkan Yesus di depan umum di Bait Suci Yerusalem.
Tidak banyak yang diketahui tentang Yusuf kecuali bahwa ia dilaporkan merupakan keturunan Raja Daud dan bekerja sebagai tukang kayu. Kematian Yusuf tidak dicatat dalam Alkitab. Dia dilaporkan oleh Lukas masih hidup ketika Yesus berusia sekitar 12 tahun (Lukas 2:41-42), dan kurangnya penyebutan dia dalam catatan Alkitab tentang pelayanan Yesus di masa dewasa dianggap menyiratkan bahwa dia sudah meninggal pada saat itu. Ada kontroversi mengenai apakah dia dan Maria pernah bertunangan atau memiliki anak bersama. Fakta penting tentang Yusuf adalah bahwa tidak ada satu kata pun yang diucapkannya dalam Empat Injil mana pun.
Yusuf, suami St. Maria
Suami Maria, ibu dari Yesus. Yusuf adalah keturunan Daud (Mat. 1:1–16; Luk. 3:23–38) dan tinggal di Nazaret. Dia telah bertunangan dengan Maria. Tepat sebelum pernikahan mereka, Maria menerima kunjungan dari malaikat Gabriel, yang mengumumkan bahwa Maria telah dipilih untuk menjadi ibu dari Juruselamat (Luk. 1:26–35). Yusuf juga menerima wahyu tentang kelahiran ilahi ini (Mat. 1:20–25).
Maria adalah satu-satunya orangtua duniawi Yesus karena Allah Bapa adalah ayah dari Yesus. Tetapi orang-orang Yahudi menganggap Yusuf sebagai ayah dari Yesus, dan Yesus memperlakukannya demikian (Luk. 2:48, 51). Diperingatkan melalui mimpi surgawi, Yusuf melindungi nyawa bayi Yesus dengan melarikan diri ke Mesir (Mat. 2:13–14). Setelah Herodes mati, seorang malaikat memberi petunjuk kepada Yusuf untuk membawa Kristus kecil kembali ke Israel (Mat. 2:19–23).
Teladan St. Yusuf bagi Umat Katolik
1. Kesederhanaan
Santo Yusuf yang hidup sederhana dapat menjadi teladan bagi kita umat Katolik. Santo Yusuf dan Bunda Maria mempersembahkan Yesus di Bait Allah, mereka mempersembahkan dua ekor anak burung merpati sebagai korban yang merupakan suatu pengecualian yang diperuntukkan bagi keluarga-keluarga yang tidak mampu mempersembahkan kurban anak domba seperti yang diwajibkan.
2. Pekerja Keras
Ia juga seorang pekerja keras, Yesus dan Maria hidup dari nafkah Yusuf yang berprofesi sebagai tukang kayu. Ia menjalani dengan penuh rasa syukur karena Ia tahu bahwa yang dihidupi bukanlah keluarga biasa melainkan terdapat Anak Tuhan yang dititipkan untuk menebus dosa manusia. Untuk itulah kita menyebut keluarga Yusuf, Maria, dan Yesus adalah keluarga kudus.
3. Pelindung dan Pemelihara
Santo Yusuf sangat melindungi dan memelihara Keluarga Kudus. Ia merupakan sosok yang pekerja keras dan berusaha menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan oleh keluarganya. Ia mendapat makanan dari hasil kerja kerasnya dan tidak memikirkan kebutuhan dirinya sendiri, melainkan mengusahakan diri untuk mampu memenuhi kebutuhan yang terbaik bagi keluarganya.
Renungan:
Para saudara yang terkasih, ada dua tipe orang ketika menghadapi
masalah. Pertama, lari dari masalah
itu dan hidup dengan damai selama hidupnya tanpa mau mengenal masalah. Kedua, menghadapi masalah dan mau
bertanggung jawab atas masalah tersebut, meski pun masalah itu tidak disebabkan
oleh perbuatannya. Dia mau menghadapi masalah tersebut dengan tegak dan tegap.
Kedua tipe pribadi orang tersebut pernah ada dalam diri Yusuf. Dia pernah
berpikir untuk lari dari masalah yang berkaitan dengan hidupnya dan tidak mau
mengambil akibat dari sebab yang tidak pernah dilakukannya. Dia mengambil Maria
sebagai isterinya, karena petunjuk Allah melalui tunas muda yang keluar dari
tongkatnya sebagai lambang pribadi yang pantas untuk bersanding dengan bunda
Maria. Akan tetapi, persoalan mengambil Maria sebagai isteri dan Anak yang ada
di dalam kandungannya adalah dua persoalan yang berbeda. Yusuf mengambil Maria
sebagai isteri dengan tujuan memperoleh keturunan daripadanya yang akan mewarisi
karyanya sebagai seorang tukang. Dia tidak pernah pernah berpikir bahwa seorang
gadis yang akan dipersuntingnya sudah mengandung.
Bagi Yusuf yang adalah
seorang manusia biasa, tentu saja berpikir: “ ah, untuk apalagi melanjutkan pertunangan
ini, kalau dia sudah dinodai orang lain. Untuk apa saya mengambilnya, kalau
pada akhirnya, anak oranglah yang akan saya pelihara.” Bahkan mungkin, hal yang
paling ekstrim pernah dia pikirkan juga. Untung saja, Malaikat Tuhan datang
tepat pada waktunya, sehingga dia yang masih dalam kebimbangan makin merasa
bingung, kok bisa ada orang yang mengandung seorang Bayi yang berasal dari Roh
Kudus. Yusuf mungkin sempat tidak percaya karena usianya yang sudah cukup tua
bisa saja mempengaruhi pikirannya pada saat itu. Dia bisa saja tetap pada
pendiriannya untuk menceraikan Maria agar ia tidak memiliki hutang kepada orang
lain atas nama Anak yang dikandung tersebut.
Pemikiran Yusuf tidak
dapat dipungkiri sama dengan pemikiran banyak orang, bahwa dia harus
meninggalkan Maria yang sudah mengandung tersebut. Sebab, jika di kemudian hari
kabar tersebut tersebar ke seluruh daerah, dia akan dianggap sebagai sampah
yang menikahi seorang gadis pendosa. Tentu saja, sebagai orang yang terpandang
di kalangan mereka, pemikiran demikian pernah terbersit dalam pergulatannya. Namun,
apalah daya, kuasa Tuhan lebih besar atas diri lemah Yusuf. Dia dapat
membalikkan segala perkara susah menjadi mudah, kedegilan hati menjadi lembut, penolakan
diubah menjadi penerimaan, ketidakmungkinan menjadi mungkin. Siapa yang dapat
memilih dan memilah orang yang dipilih Allah untuk satu karya besar bagi umat
manusia? Allah yang memilih, tentu Allah melihat isi hati mereka yang
dipilih-Nya. Seperti Daud dipilih-Nya untuk menggantikan Saul menjadi Raja atas
Israel.
Hal yang sama berlaku juga untuk kita semua. Allah tidak
menghendaki kita meneruskan tugas dan pekerjaan yang dilakukan orang tua kita
di rumah, sebab Dia melihat potensi untuk mengembangkan Kerajaan Allah ada dan
tertanam dalam diri kita semua, yang mungkin sampai saat ini belum kita
rasakan, karena tidak ada getaran yang membangkitkan semangat kita untuk
menemukan frekuensi yang sama dengan getaran tersebut. Allah memilih Daud dari
gembala domba untuk menggembalakan umat-Nya Israel, Allah memilih Yusuf untuk
menjadi ayah bagi Yesus, dan Allah memilih kita dari niat yang salah untuk
mengembangkan warisan karya dan pekerjaan orang tua, menjadi orang yang pantas
menerima warisan gembala yang mewartakan Sabda Allah di tengah dunia. Beranikah
kita mengubah apa yang dapat kita ubah dan menerima warisan mulia untuk
mewartakan Sabda Allah kepada sesama? Dan beranikah menjadi pribadi Yusuf, yang
hanya tahu menerima dan tidak pernah membantah?
Semoga ‼!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar