11 Desember 2023

12 Desember (Hari Raya (OSM) St. Perawan Maria dari Guadalupe)

 

    Di suatu pagi yang dingin yakni pada 9 Desember 1531, seorang petani 50 tahun yang sudah menduda, keluar dari rumahnya di desa Tolpetiac dekat Guauhtitian, Mexico. Dia belum lama dibaptis dengan nama Juan Diego. Pada pagi hari, ia berangkat menuju Tlatelolco untuk mengikuti Ekaristi. Setiap hari ia mengikuti misa. Pada pagi itu, ia berjalan melintasi beberapa bukit menuju Tlatelolco dekat Mexico City. 
    Sementara menyusuri jalan, ia mendengar suara seorang perempuan sedang bernyanyi. Dari tempat di mana suara itu berasal, dia melihat ada awan putih membentuk pelangi. Tiba-tiba seberkas cahaya muncul dari tengah-tengah awan itu dan menjadi terang-benderang. Dia melihat seorang perempuan yang amat sangat cantik dan rupawan berdiri di depan awan itu. Pakaiannya berkilau keemasan.
    Juan Diego menunduk dengan sikap berlutut. Perempuan itu kemudian berkata kepadanya dalam bahasa setempat yang digunakan Juan yakni bahasan Nahuati: "Anakku, Juan Diego, kemanakah engkau hendak pergi?" Juan Diego menjawabnya, katanya, "Yang Mulia, saya sedang dalam perjalanan menuju Gereja di Tlatelolco untuk mengikuti misa." Selanjutnya Bunda Maria meminta Juan Diego untuk pergi ke kediaman Uskup dan mengatakan kepadanya bahwa Bunda Maria menginginkan sebuah Gereja dibangun di bukit di mana ia menampakkan diri sebagai bentuk penghormatan kepadanya.
    Juan Diego bergegas ke kediaman Mgr. Zumarraga, Uskup Mexico pada saat itu. Dia ragu-ragu, karena dua menyadari dirinya sebagai seorang Indian yang tidak dikenal siapa-siapa. Menjelang malam tiba, dia pergi ke bukit itu. Bunda Maria sudah menunggunya di sana. Juan minta agar Bunda Maria mengirim orang lain saja untuk menghadap Uskup. Sebab katanya, "Saya hanya seorang duda miskin. Saya merasa tidak layak hadir di tempat Uskup. Maafkan saya, ya Ratu. Saya tidak bermaksud menyakiti hatimu." Akan tetapi, Bunda Maria menegaskan bahwa dia menghendaki Juan, bukan orang lain. Oleh sebab itu, keesokan harinya, Juan memberanikan diri menghadap Bapa Uskup. Uskup mengajukan sejumlah pertanyaan dan mengatakan bahwa jika benar dia adalah Bunda Allah, maka dia perlu memberikan kepadanya suatu bukti. 
    Pada 12 Desember, Bunda Maria menampakkan diri kepada Juan. Dia mengajak Juan mendaki sebuah bukit yang gersang yang di dalamnya hanya ada kaktus dan semak belukar. Tetapi, setibanya Juan di sana, bukit itu dipenuhi oleh bunga mawar segar yang berembun dan harum mewangi. Bunda Maria mengambil mawar-mawar yang telah dipetik dan merangkaikannya di dalam lipatan-lipatan Tilma (Mantol kasar yang dipakai suku Indian di Mexico) Juan. 
    Ketika Juan  tiba di kediaman Uskup, Juan harus menunggu lama karena dihalang-halangi para penjaga yang dipenuhi rasa ingin tahu berusaha mengambil mawar-mawar itu dari mantol Juan. Namun, begitu mereka mengulurkan tangan, mawar-mawar itu seperti terpatri di mantol Juan, sehingga mereka tidak dapat mengambilnya. Di hadapan Uskup, Juan membukan tilmanya dan mawar-mawar itu pun berjatuhan di lantai. Di tilma Juan terlukis gambar Bunda Allah dalam pakaian suku Indian. Tangannya terkatup dalam sikap berdoa, lambutnya yang hitam lembut terurai sampai ke bahunya. Wajahnya berbentuk oval dengan matanya setengah tertutup. Senyum merekah di bibirnya. Uskup pun takjub dan jatuh berlutut di hadapan gambar tersebut. Air matanya mengalir membasahi pipinya saat dia berdoa mohon ampun karena kurang percaya. Kemudian Uskup itu membawa tilma Juan Diego ke dalam Kapel dan meletakannya di depan Sakramen Mahakudus.
    Pada hari-hari selanjutnya, diadakan penyelidikan dengan cermat dan teliti atas tulisan yang ada di dalam mantol tersebut. Besarnya lukisan itu kurang lebih 1,50 m. Bunda Maria mengenakan mantol berwarna hijau kebiruan yang berhiaskan 46 bintang emas dan tiap-tiap bintang berujung delapan. Jubah Bunda Maria berwarna merah jambu dengan sulaman bunga-bunga berbenang emas dan sangat indah. Tepian leher dan lengan bajunya dilapisi kulit berbulu halus yang putih merah. Sebuah bross dengan Salib hitam di tengah-tengah menghiasi lehernya. Di sekeliling tubunya bergemerlapanlah gelombang dari cahaya emas di atas latar belakang merah padam. Di pupil mata kanan Bunda Maria tergambar tiga sosok yakni Juan Diego, Juan Gonzales (Penerjemah), dan Uskup Zumarraga. Lukisan St. Perawan Maria dari Guadalupe kini ditempatkan di Basilika St. Perawan Maria dari Guadalupe, Mexico City yang didirikan pada tahun 1977.
    Pada tanggal 12 Oktober 1945, Paus Pius XII mengumumkan Bunda Maria dari Guadalupe sebagai "Ratu semua orang Amerika".


Doa Mohon Pertolongan St. Perawan Maria dari Guadalupe

Bunda tercinta, kami mengasihimu.
Kami berterimakasih atas janjimu untuk menolong kami,
bila kami berada dalam kesesakan.
Kami mempercayakan diri ke dalam kasihmu
yang kuasa mengeringkan air mata dan menghibur hati kami.

Ajarilah kami menemukan damai di dalam diri Yesus, Puteramu
dan berkatilah kami di sepanjang hari-hari hidup kami.

Tolonglah kami membangun sebuah bait di dalam hati kami.
Jadikanlah bait kami itu seindah bait yang telah dibangun
di atas gunung Tepeyac bagimu.
Suatu bait penuh penyerahan, pengharapan, dan cinta kasih kepada Yesus
yang terus berkembang setiap hari. 

Bunda tercinta, engkau memilih tinggal bersama kami
dengan menghadiahi kami gambar dirimu sendiri
yang amat ajaib dan suci pada jubah Juan Diego.
Biarlah kami menikmati kehadiranmu yang penuh kasih itu
apabila kami memandangi wajahmu. 
Berilah kami suatu keberanian seperti Juan
untuk menyampaikan pesan pengharapanmu kepada semua orang.
Engkaulah Bunda kami dan sumber inspirasi kami.
Sudi dengarkanlah dan jawablah doa-doa kami
AMIN.....
3x Salam Maria

11 Desember (St. Damasus: Paus dan Pengaku Iman)

    Sebelum Yesus kembali kepada Bapa-Nya, Ia bersabda, "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Bdk. Mat, 28:20)." Janji Yesus ini sungguh-sungguh dialami Paus Damasus ketika ia dipilih menjadi Paus pada 1 Oktober 366 menggantikan Paus Liberius (352-366). Pada masa itu, bidaah Arianisme dan bidaah lainnya berkembang pesat di mana-mana dan berhasil memengaruhi sejumlah besar Uskup, Imam, dan umat Kristen. Terpilihnya Damasus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Kristus sungguh tepat dengan situasi dan gejolak zaman itu. Damasus terkenal cakap dan suci. Ia adalah anak dari seorang imam Spanyol di Roma. Kemungkinan besar pada waktu itu Damasus berkarya sebagai Diakon di wilayah Gereja ayahnya sebelum diangkat menjadi Paus. Ia menyuruh St. Hieronimus, sekretarisnya untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin. Ia dengan gigih membela Primat Paus dalam masalah-masalah Gerejawi. Selama Pontifikatnya, Katakombe-katakombe dibuka kembali dan para peziarah di sana dibesarkan hatinya untuk dapat mengunjunginya.

    Damasus menentang habis-habisan tuntutan-tuntutan Ursinus, pendukung ulung Arianisme. Situasi pertikaian semakin runyam oleh kenyataan bahwa Damasus didukung oleh Feliks II, Paus tandingan pada masa kepemimpinan Paus Liberius dan Kaisar Valentinus mengasingkan Ursinus dan para pengikutnya. Usaha-usaha Ursinus dan para pengikutnya untuk menjelekkan ketenaran dan nama baik Damasus dibantah habis-habisan ketika suatu Sinode yang diselenggarakan di Aquileia pada tahun 381 dan menemukan bahwa tuduhan-tuduhan  kebejatan moral terhadap Paus Damasus sama sekali tidak beralasan dan tidak benar. 

    Damasus menghukum doktrin-doktrin berikut: Arianisme yang menyangkal keilahian Kristus; Apollinarianisme yang menyangkal bukan hanya keilahian Kristus, tetapi juga kemanusiaan-Nya; dan Macedonianisme yang menyatakan bahwa derajat Roh Kudus lebih rendah dari Putra. Dalam menghukum ajaran-ajaran ini, Paus Damasus bertindak dengan cara yang bijaksana sesuai dengan keputusan-keputusan yang dihasilkan oleh Konsili Konstantinopel I pada tahun 381. Dia juga menghukum Priscillian, seorang Heretik asal Spanyol yang menganut paham Manicheisme.

    Dalam semua pertiakian ini, Damasus menuntut suatu pengakuan akan Primat Uskup Roma dalam masalah-masalah Gerejawi. Sebagai salah satu hasilnya, beberapa Sejarawan menjuluki Damasus sebagai pengasal klaim atau tuntutan Paus akan supremasi di dalam Gereja. Ia secara konsekuen bertindak sebagai pemimpin Gereja sesuai dengan apa yang dikatakannya. Kesaksian hidup itu sungguh memperkokoh posisi Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Kristus di dunia. 

    Damasus tidak tanggung-tanggung di dalam usahanya untuk mengangkat wibawa dan memperluas pengaruh Gereja. Ia tidak ingin pelayan-pelayan umat bertindak tidak sesuai dengan martabatnya. Ia tidak ingin mereka tidak memperhatikan kaum miskin. Oleh karena itu, ia bekerja dengan sangat erat dengan Kaisar Valentinus untuk melarang para Ronaniwan mengorbankan para janda dan anak-anak yatim piatu. 

    Damasus dianggap sebagai Paus pertama yang mempekerjakan seorang delegatus Apostolik di suatu wilayah yang berada di dalam kancah pertikaian. Ia menunjuk Aschollius, Uskup Tesalonika untuk tetap memangku yurisdiksi religius Roma di Ilyricum ketika wilayah itu berada di bawah pengaruh politik Konstatinopel. Kaisar Valentinus menerbitkan satu edikta yang menyetujui yurisdiksi Uskup Roma atas semua kasus menyangkut Gereja.

    Paus Damasus, adalah seorang yang ahli ilmu ketuhanan dan Kitab Suci serta mahir dalam kesusastraan Latin dan kebudayaan. Dalam masa pontifikatnya, ada juga para Bapa Gereja yang terkenal seperti St. Atanasius, Ambrosius, Gregorius dari Nyssa, Basilius, Hieronimus, dan Gregorius dari Nazianze. Damasius bersama Hieronimus, sekretarisnya, mengusahakan suatu kanon Kitab Suci yang mendaftarkan buku-buku Kitab Suci. Kanon Kitab Suci itu pun diterima dalam Konsili Roma pada tahun 382. Kemungkinan Kanon Kitab Suci itulah, warisan terbesarnya untuk generasi kemudian.

    Sebelum kematiannya pada tahun 384, Damasus meminta agar jenazahnya tidak dimakamkan bersama Paus-paus lain di pekuburan St. Kallistus, melainkan bersama ibu dan saudarinya di sebuah Gereja kecil di Via Ardeatina. Permintaannya itu benar-benar dihargai. Sekarang, relikuinya disemayamkan di sebuah Gereja kecil yang didirikannya, yakni Gereja St. Lorenzo di Damaso.

13 Desember 2022

13 Desember (St. Lusia: Perawan dan Martir Kristus)

  Lusia lahir di Sirakusa, di pulau Sisilia, Italia pada abad ke-4. Orang tuanya adalah bangsawan Italia yang beragama Kristen. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih kecil, sehingga perkembangan dirinya sebagian besar ada dalam tanggung jawab ibunya, Eutychia. Semenjak usia remaja, Lusia sudah berikrar untuk hidup suci dan murni. Ia berjanji tidak menikah. Namun ketika sudah besar, ibunya mendesak dia agar mau menikah dengan seorang pemuda kafir. Hal ini ditolaknya dengan tegas. Pada suatu ketika ibunya jatuh sakit. Lusia mengusulkan agar ibunya berziarah ke makam Santa Agatha di Kathania untuk memohon kesembuhan. Usulannya ditanggapi baik oleh ibunya. Segera mereka berangkat ke makam St. Kathania. Apa yang dikatakan Lusia ternyata benar-benar dialami ibunya. Doa permohonan mereka dikabulkan: sang ibu sembuh. Bahkan Santa Agatha sendiri menampakkan diri kepada mereka berdua. Sebagai tanda syukur, Lusia diizinkan ibunya tetap teguh dan setia pada kaul kemurnian hidup yang sudah diikrarkannya kepada Kristus.

    Kekaisaran Romawi pada waktu itu diperintahi oleh Diokletianus, seorang kaisar kafir yang bengis. Ia menganggap diri keturunan dewa, oleh sebab itu seluruh rakyat harus menyembahnya atau menyembah patung dewa-dewa Romawi. Umat Kristen yang gigih membela dan mempertahankan imannya menjadi korban kebengisan Diokletianus. Mereka ditangkap, disiksa, dan dibunuh. Situasi ini menjadi kesempatan emas bagi pemuda-pemuda yang menaruh hati pada Lusia namun ditolak lamarannya: mereka benci dan bertekad membalas dendamnya dengan melaporkan identitas keluarga Lusia sebagai keluarga Kristen yang taat kepada kaisar. Kaisar termakan laporan ini sehingga Lusia pun ditangkap, mereka merayu dan membujuknya dengan berbagai cara agar bisa memperoleh kemurniannya. Tetapi Lusia tak terkalahkan. Ia bertahan dengan gagah berani. Para musuhnya tidak mampu menggerakkan dia karena Tuhan memihaknya. Usahanya untuk membakar Lusia tampak tak bisa dilaksanakan. Akhirnya seorang algojo memenggal kepalanya sehingga Lusia tewas sebagai martir Kristus oleh pedang seorang algojo kafir. 

    Lusia dihormati di Roma, terutama di Sisilia sebagai perawan dan martir yang sangat terkenal sejak abad ke-6. Untuk menghormatinya, dibangunlah sebuah gereja di Roma. Namanya dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. Mungkin karena namanya berarti 'cahaya' maka pada Abad Pertengahan orang berdoa dengan perantaraannya memohon kesembuhan dari penyakit mata. Konon, pada waktu ia disiksa, mata Lusia dicungkil oleh algojo-algojo yang menderanya, ada pula cerita yang mengatakan bahwa Lusia sendirilah yang mencungkil matanya dan menunjukkan kepada pemuda-pemuda yang mengejarnya. Ia wafat sebagai martir pada tanggal 13 Desember 304. Semoga kisah suci hidup Santa Lusia memberi peringatan kepada kita, lebih-lebih para putri kita yang manis-manis, supaya bertekun dalam doa dan mohon perlindungannya.

08 Desember 2022

8 Desember: Hari Raya St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda

    Suatu hari, di suatu desa terpencil, ada seorang (sebut saja bernama Sukri) menemukan kloset duduk yang dibuang di dekat jalan kampung. Ia tidak pernah melihat benda itu seumur hidupnya, sehingga tidak tahu kalau itu adalah kloset (jamban). Dia bahkan mengagumi benda itu, karena dipikirnya ‘antik’. Sukri membawa pulang kloset itu ke rumah dan dibersihkannya sampai ‘kincrong‘. Kebetulan esok harinya Sukri berulang tahun dan dia berencana mengundang teman-teman satu kampung. Dia berpikir, alangkah uniknya jika nasi tumpeng ulang tahunnya diletakkan di dalam ‘benda’ itu (yaitu kloset), supaya ‘penemuan baru’- nya ini dapat dipamerkan kepada teman-temannya.
    Sekarang, bayangkanlah, jika anda termasuk di antara orang-orang yang datang ke pesta Sukri. Anda pasti tahu kalau ‘barang’ itu adalah kloset. Apakah reaksi anda begitu melihat nasi tumpeng yang ditempatkan di dalam kloset itu? Ada rasa aneh dan tidak ‘nyambung‘, bukan? Demikianlah, Yesus yang kemuliaan dan kekudusan-Nya jauh melebihi semua, tidak mungkin lahir ke dunia melalui seorang perempuan yang berdosa. Karena noda dosa itu jauh lebih buruk daripada kloset, dan Yesus itu kemuliaannya jauh mengatasi dan tidak dapat dibandingkan dengan nasi tumpeng; maka kesimpulannya, ada jurang yang tak terjembatani antara keduanya. Nasi tumpeng tak pernah klop diletakkan di dalam kloset; dan tentu, Yesus yang Maha Kudus, tak mungkin dapat dikandung oleh rahim seseorang yang tercemar dosa. Maka oleh kuasaNya, Allah menguduskan rahim itu, membuat ia terbebas dari noda dosa. Karena Tuhan tidak dapat mengingkari diri-Nya sendiri yang tanpa dosa, sama seperti Dia tidak dapat menjadi tidak setia (lih 2 Tim 2:13). Allah menghendaki bahwa Kristus yang akan menjadi Pengantara bagi manusia dan diri-Nya harus terpisah dari orang-orang berdosa (lih. Ibr 7:26) maka artinya, ini mensyaratkan bahwa Ia harus dilahirkan oleh seorang perempuan yang terbebas dari noda dosa. Perempuan ini adalah Santa Perawan Maria.

Dogma Perawan Bunda Maria dikandung tidak bernoda
    Pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX mengumumkan Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (Ineffabilis Deus), yang menyatakan bahwa Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa asal. (Pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX mengumumkan Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (Ineffabilis Deus), yang bunyinya antara lain sebagai berikut: Dengan inspirasi Roh Kudus, untuk kemuliaan Allah Tritunggal, untuk penghormatan kepada Bunda Perawan Maria, untuk meninggikan iman Katolik dan kelanjutan agama Katolik, dengan kuasa dari Yesus Kristus Tuhan kita, dan Rasul Petrus dan Paulus, dan dengan kuasa kami sendiri: “Kami menyatakan, mengumumkan dan mendefinisikan bahwa doktrin yang mengajarkan bahwa Bunda Maria yang terberkati, seketika pada saat pertama ia terbentuk sebagai janin, oleh rahmat yang istimewa dan satu-satunya yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Besar, oleh karena jasa-jasa Kristus Penyelamat manusiadibebaskan dari semua noda dosa asal, adalah doktrin yang dinyatakan oleh Tuhan dan karenanya harus diimani dengan teguh dan terus-menerus oleh semua umat beriman.)”
    Mungkin ada orang bertanya, -terutama mereka yang bukan beragama Katolik- kenapa ada perlakuan khusus buat Bunda Maria, bukankah Maria itu manusia biasa saja seperti kita? Lalu, kenapa baru pada tahun 1854 diumumkan dogma ini, apakah ini pengajaran buatan manusia saja (Paus dan pembantu-pembantunya) ataukah sungguh dari Allah? Mari kita lihat, kenapa kita sebagai orang Katolik percaya bahwa pengajaran ini berasal dari Allah, dan karenanya wajib kita yakini dan kita syukuri.
Bukan pengajaran yang baru, melainkan sudah diajarkan oleh para Bapa Gereja sejak lama
    Gereja Katolik tidak pernah mengubah, menghapus, atau menambah pengajaran “deposit of faith” yang ada padanya sejak dari Gereja awal, namun hanya menjaga dan mempertahankannya. Perlu kita ingat bahwa Tradisi Suci dan Kitab Suci bagi orang Katolik itu sama pentingnya, karena berasal dari sumber yang sama: Allah sendiri. Dogma Perawan Maria dikandung tanpa noda ini telah dirintis oleh Paus Sixtus IV (abad ke-15) yang diteruskan sampai ke zaman Paus Pius IX (abad ke -19), tetapi sesungguhnya pengajaran tersebut sudah merupakan hal yang diyakini oleh Gereja sejak abad awal, seperti dinyatakan oleh Santo Ephraem (abad ke-4) menulis, “Sungguh Engkau, Tuhan, dan BundaMu adalah hanya satu-satunya yang cantik sempurna di dalam segala hal; sebab, Tuhan, tidak ada noda di dalam-Mu dan juga tidak ada noda apapun di dalam BundaMu…”)) dan Santo Agustinus (abad ke-5) menulis, “Kita harus menerima Perawan Maria yang kudus, tentangnya saya tidak akan pernah mempertanyakan jika kita membahas tentang dosa, karena hormatku kepada Tuhan, sebab dari Dia kita tahu akan betapa berlimpahnya rahmat untuk mengalahkan dosa sampai sekecil- kecilnya, telah diberikan kepadanya (Bunda Maria) yang telah dipercayakan untuk mengandung dan melahirkan Dia (Yesus) yang sudah pasti tidak berdosa…”)) dengan dasar pemikiran dari Santo Ireneus (abad ke-2) yang menyebutkan Maria sebagai Hawa yang baru, “Seluruh umat manusia berada dalam kuasa maut melalui perbuatan seorang perawan (Hawa), maka seluruh umat manusia juga diselamatkan melalui seorang perawan (Maria, Hawa yang baru) dan karenanya, ketidaktaatan seorang perawan diimbangi oleh ketaatan perawan yang lain.” Dari sini, para Bapa Gereja menyimpulkan bahwa ketaatan total Maria dimungkinkan oleh ketotalan kemurniannya tanpa dosa asal.))
    Jadi Dogma tersebut bukan pengajaran yang baru dan tiba-tiba atau innovasi dari Paus Pius IX di abad ke-19!

Bunda Maria sendiri menyatakan dirinya sebagai “Immaculate Conception”
    Empat tahun setelah pengajaran yang diberikan oleh Paus Pius IX, Bunda Maria menampakkan diri di Lourdes, Perancis (1858). Penampakan Bunda Maria di Lourdes (di grotto Massabielle) terjadi selama 18 kali kepada Bernadette Soubirous, seorang gadis desa yang yang waktu itu berumur 14 tahun. Penampakan Bunda Maria di Lourdes ini sudah diakui oleh Gereja Katolik sebagai penampakan yang otentik. Dalam penampakan itu (penampakan ke- 16), Bunda Maria menyatakan dirinya sebagai “Perawan yang dikandung tanpa noda dosa”/ the Immaculate Conception kepada Bernadette yang pada waktu itu tidak memahami makna “the Immaculate Conception“, terutama karena ia adalah gadis desa yang buta huruf. Pernyataan dari Bunda Maria ini mengkonfirmasikan ajaran dari Bapa Paus Pius IX, dan dengan demikian juga membuktikan infalibilitas ajaran Bapa Paus tersebut.
Dasar dari Kitab Suci
    Alasan pertama Bunda Maria dikandung tanpa noda ini berhubungan dengan peran istimewanya sebagai Ibu Tuhan Yesus. Jadi, walaupun benar Maria manusia biasa, ia bukan manusia ‘kebanyakan’ seperti kita. Sebab, memang rencana keselamatan itu terbuka untuk semua orang (Yoh 3:16), tetapi Ia hanya memilih satu orang untuk menjadi ibu-Nya, yaitu Maria. Kita tahu bahwa Allah adalah Kudus, sempurna dan tak ada dosa di dalam Dia, maka sudah sangat layaklah bahwa ketika memutuskan untuk dilahirkan di dunia, Yesus menguduskan terlebih dahulu seseorang yang melaluinya Ia akan dilahirkan. Mungkin hal ini tidak terbayangkan oleh kita, karena kita manusia tidak bisa melakukannya. Kita tidak bisa memilih ibu kita sendiri, apalagi membuat dia kudus dan sempurna sebelum kita lahir. Tetapi, Allah bisa, dan itulah yang dilakukan-Nya. Mengapa Tuhan melakukan ini? Karena Ia tidak dapat mengingkari jati DiriNya sebagai Allah yang Kudus. Mari kita lihat kebesaran Allah melalui apa yang dilakukanNya terhadap Bunda Maria seperti yang ditulis dalam Alkitab.

1. Dikatakan bahwa Yesus terpisah dari orang-orang berdosa
    Dikatakan dalam Kitab Suci, bahwa Yesus sebagai Imam Besar Pengantara kita kepada Bapa adalah “Seorang yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi daripada tingkat-tingkat sorga” (Ibr 7:26). Artinya, tidak mungkin Yesus dilahirkan dari seorang yang berdosa, sebab jika demikian Ia tidak benar-benar terpisah dari orang-orang berdosa. Karena itu dapat dipahami, bahwa Bunda Maria yang dipilih Allah untuk mengandung dan melahirkan Kristus, haruslah seorang yang tidak berdosa. Pemahaman ini juga akan menjelaskan mengapa St. Anna (ibunda dari St. Perawan Maria) tidak disebut sebagai “tanpa noda” juga seperti Bunda Maria, sebab St. Anna tidak melahirkan Kristus.

2. Bunda Maria disebutkan pada awal mula, sebagai ‘perempuan’ yang keturunannya akan mengalahkan ular (iblis) (Kej 3:15).
    Di sini, perempuan yang dimaksud bukanlah Hawa, tetapi Hawa yang baru (‘New Eve’). Para Bapa Gereja membaca ayat ini sebagai nubuatan akan kelahiran Yesus (Adam yang baru) melalui Bunda Maria (Hawa yang baru). Hal ini sudah menjadi pengajaran Gereja sejak abad ke-2 oleh Santo Yustinus Martir, Santo Irenaeus dan Tertullian, yang lalu dilanjutkan oleh Santo Agustinus. Sayangnya, memang dalam terjemahan bahasa Indonesia, pada ayat ini dikatakan ‘perempuan ini’, seolah-olah menunjuk kepada Hawa, namun sebenarnya adalah ‘the woman’ (bukan this woman) sehingga artinya adalah sang perempuan, yang tidak merujuk kembali ke lakon yang baru saja dibicarakan. ((“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kej 3:15).)). Ungkapan ‘woman‘ ini yang kemudian kerap diulangi pada ayat Perjanjian Baru, misalnya pada mukjizat di Kana (Yoh 2:4), “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saatku belum tiba.”)) dan di kaki salib Yesus, saat Ia menyerahkan Bunda Maria kepada Yohanes murid kesayanganNya (Yoh 19:26) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu! Kemudian kata-Nya kepada murid-muridNya: “Inilah ibumu!”)) Pada kesempatan tersebut, Yesus mau menunjukkan bahwa Maria adalah ‘sang perempuan’ yang telah dinubuatkan pada awal mula dunia sebagai ‘Hawa yang baru’.
    ‘Hawa yang baru’ ini berperan berdampingan dengan Kristus sebagai ‘Adam yang baru’. Santo Irenaeus, mengatakan, “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria” sehingga selanjutnya dikatakan, “maut (karena dosa) didatangkan oleh Hawa, tetapi hidup (karena Yesus) oleh Maria.” ((Lihat Lumen Gentium 56, S. Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia” Maka … para Bapa zaman kuno, … menyatakan bersama Ireneus: “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya” Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria “bunda mereka yang hidup”. Sering pula mereka (St. Jerome, St. Agustinus, St. Cyril, St. Yohanes Krisostomus, St. Yohanes Damaskinus) menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.”)) Oleh karena itu, sudah selayaknya Allah membuat Bunda Maria tidak tercemar sama sekali oleh dosa, supaya ia, dapat ditempatkan bersama Yesus di tempat utama dalam pertentangan yang total melawan Iblis (lih. Kej 3:15).

3. Bunda Maria sebagai Tabut Perjanjian yang Baru.
    Di dalam Kitab Perjanjian Lama, yaitu di Kitab Keluaran bab 25 sampai dengan 31, Kita melihat bagaimana ’spesifik-nya’ Allah saat Ia memerintahkan Nabi Musa untuk membangun Kemah suci dan Tabut Perjanjian. Ukurannya, bentuknya, bahannya, warnanya, pakaian imamnya, sampai senimannya (lih. Kel 31:1-6), semua ditunjuk oleh Tuhan. Hanya imam (Harun) yang boleh memasuki tempat Mahakudus itu dan ia pun harus disucikan sebelum mempersembahkan korban di Kemah suci (Kel 40:12-15). Jika ia berdosa, maka ia akan meninggal seketika pada saat ia menjalankan tugasnya di Kemah itu (Im 22:9). Hal ini menunjukkan bagaimana Allah sangat mementingkan kekudusan Tabut Suci itu, yang di dalamnya diletakkan Roti Manna (Kel 25:30), dan dua loh batu kesepuluh perintah Allah (Kel 25:16), dan tongkat imam Harun (Bil 17:10; Ibr 9:4). Betapa lebih istimewanya perhatian Allah pada kekudusan Bunda Maria, Sang Tabut Perjanjian Baru, karena di dalamnya terkandung PuteraNya sendiri, Sang Roti Hidup (Yoh 6:35), Sang Sabda yang menjadi manusia (Yoh 1:14), Sang Imam Agung yang Tertinggi (Ibr 8:1)! Persyaratan kekudusan Bunda Maria - Sang Tabut Perjanjian Baru - pastilah jauh lebih tinggi daripada kekudusan Tabut Perjanjian Lama yang tercatat dalam Kitab Keluaran itu. Bunda Maria, Sang Tabut Perjanjian Baru, harus kudus, dan tidak mungkin berdosa, karena Allah sendiri masuk dan tinggal di dalam rahimnya. Itulah sebabnya Bunda Maria dibebaskan dari noda dosa asali oleh Allah.

4. Bunda Maria disebut ‘Penuh Rahmat’ pada saat menerima Kabar Gembira.
    Pada saat Malaikat Gabriel memberitakan Kabar Gembira, ia memanggil Maria sebagai, ‘…hai engkau yang dikaruniai’, Tuhan menyertai engkau.’ (Luk 1:28), ini tidak pernah ditujukan kepada siapapun di dalam Alkitab, kecuali kepada Maria. Kepada Abraham yang akan menjadi Bapa para bangsa, ataupun kepada Musa salah satu nabi terbesar, Allah tidak pernah menyapa mereka dengan salam. Kepada Maria, Allah bukan saja hanya memberi salam, tetapi juga memenuhinya dengan rahmat (grace), yang adalah lawan dari dosa (sin). Dan karena dikatakan ‘full of grace’, maka para Bapa Gereja mengartikan bahwa seluruh keberadaan Maria dipenuhi dengan rahmat Allah dan semua karunia Roh Kudus, sehingga dengan demikian tidak ada tempat lagi bagi dosa, yang terkecil sekalipun, sebab hadirat Allah tidak berkompromi dengan dosa. Artinya, Bunda Maria dibebaskan dari noda dosa asal.

5. Dasar dari Kitab Wahyu
    Kita mengetahui dari Kitab Wahyu, bahwa Bunda Maria-lah yang disebut sebagai perempuan yang melahirkan seorang Anak laki-laki, yang menggembalakan semua bangsa… yang akhirnya mengalahkan naga yang adalah Iblis (Why 12: 1-6). Kemenangan atas Iblis ini dimungkinkan karena dalam diri Maria tidak pernah ada setitik dosa pun yang menjadi ‘daerah kekuasaan Iblis’.
Dasar dari Tradisi Suci.
    Berikut ini adalah pengajaran para Bapa Gereja yang menyatakan bahwa Bunda Maria tidak bernoda:

1St. Irenaeus (180): 
    “Hawa, dengan ketidaktaatannya [karena berdosa] mendatangkan kematian bagi dirinya sendiri dan seluruh umat manusia, … Maria dengan ketaatannya [tanpa dosa] mendatangkan keselamatan bagi dirinya dan seluruh umat manusia…. Oleh karena itu, ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.”

2. St. Hippolytus (235): 
    “Ia adalah tabut yang dibentuk dari kayu yang tidak dapat rusak. Sebab dengan ini ditandai bahwa Tabernakel-Nya dibebaskan dari kebusukan dan kerusakan.” 

3. Origen (244): 
    “Bunda Perawan dari Putera Tunggal Allah ini disebut sebagai Maria, yang layak bagi Tuhan, yang tidak bernoda dari yang tidak bernoda, dan hanya satu satunya.”

4. Ephraim (361): ”Engkau sendiri dan Bunda-Mu adalah yang terindah daripada semua yang lain, sebab tidak ada cacat cela di dalam-Mu ataupun noda pada Bunda-Mu.

5. St. Athanasius (373)
    “O, Perawan yang terberkati, sungguh engkau lebih besar daripada semua kebesaran yang lain. Sebab siapakah yang sama dengan kebesaranmu, O tempat kediaman Sang Sabda Allah? Kepada ciptaan mana, harus kubandingkan dengan engkau, O Perawan? Engkau lebih besar daripada semua ciptaan, O Tabut Perjanjianyang dilapis dengan kemurnian, bukannya dengan emas! Engkau adalah Tabut Perjanjian yang didalamnya terdapat bejana emas yang berisi manna yang sejati, yaitu: daging di mana Ke-Allahan tinggal.” 

6. Ambrose (387): 
    “Angkatlah tubuhku, yang telah jatuh di dalam Adam. Angkatlah aku, tidak dari Sarah, tetapi dari Maria, seorang Perawan, yang tidak saja tidak bernoda, tetapi Perawan yang oleh rahmat Allah telah dibuat tidak bersentuh dosa, dan bebas dari setiap noda dosa.” 

7. St. Gregorius Nazianza (390): 
    Ia [Yesus] dikandung oleh seorang perawan, yang terlebih dahulu telah dimurnikan oleh Roh Kudus di dalam jiwa dan tubuh, sebab seperti ia yang mengandung layak untuk menerima penghormatan, maka pentinglah bahwa ia yang perawan layak menerima penghormatan yang lebih besar. 

8. St. Augustine (415): 
    Kita harus menerima bahwa Perawan Maria yang suci, yang tentangnya saya tidak akan mempertanyakan sesuatupun ketika ia kita membicarakan tentang dosa, demi hormat kita kepada Tuhan; sebab dari Dia kita mengetahui betapa berlimpahnya rahmat untuk mengalahkan dosa di dalam segala hal telah diberikan kepadanya, yang telah berjasa untuk mengandung dan melahirkan Dia yang sudah pasti tidak berdosa.

9. Theodotus (446): 
    “Seorang perawan, yang tak berdosa, tak benoda, bebas dari cacat cela, tidak tersentuh, tidak tercemar, kudus dalam jiwa dan tubuh, seperti setangkai lili yang berkembang di antara semak duri.” 

10. Proclus dari Konstantinopel (446):
    “Seperti Ia [Yesus] membentuknya [Maria] tanpa noda dari dirinya sendiri, maka Ia dilahirkan daripadanya tanpa meninggalkan noda. 

11. St. Severus (538): 
    “Ia [Maria] …sama seperti kita, meskipun ia murni dari segala noda, dan ia tanpa noda.” 

12. St. Germanus dari Konstantinopel (733): 
    Mengajarkan tentang Maria sebagai yang “benar- benar terpilih, dan di atas semua, … melampaui di atas semua dalam hal kebesaran dan kemurnian kebajikan ilahi, tidak tercemar dengan dosa apapun.” 

Jika Maria tanpa noda dosa, apakah dia membutuhkan Kristus untuk menyelamatkannya?
    Jawabnya tentu: YA! Karena segala keistimewaan yang diberikan kepadanya hanya mungkin diperoleh melalui Keselamatan yang diberikan oleh Kristus sendiri. Duns Scotus (1264- 1308) seorang Fransiskan mengatakan hal ini dengan indahnya, “Malah Maria, melebihi siapapun membutuhkan Kristus sebagai Penyelamatnya, sebab ia dapat tercemar oleh noda dosa asal seandainya rahmat dari Sang Penyelamat tidak mencegah hal ini.” Keistimewaan rahmat yang membuat Maria dibebaskan dari noda dosa asal adalah bentuk penghormatan Yesus kepada Maria ibu-Nya, sesuatu yang menjadi hak-Nya sebagai Tuhan.

Apa pentingnya Dogma ini buat kita?
    Bunda Maria yang tidak bernoda, tubuh dan jiwanya, tidak dimaksudkan ‘hanya’ untuk melukiskan keistimewaan Maria, tetapi untuk memberi gambaran bagi Gereja. ((Lihat Hugo Rahner, SJ, Our Lady and the Church, (Zaccheus Press, Bethesda, 1968, reprint 1990), p. 17, “But this mystery of the Immaculate Conception of Mary is not only a personal priviledge granted to her who was to become the Mother of God. Mary thereby become the figure of the Church…” and p. 20, “The word ‘immaculate’ indeed sums up the mystery of our own spiritual life. We are members of the Church, and in us the Church’s mystery must be accomplished; it begins with Mary Immaculate, and we in turn, by the power of the Holy Spirit, must once more become immaculate. In each of us the victory over the serpent must be achieved….”)) Seperti Maria, Gereja juga dikatakan sebagai ‘tidak bernoda.’ Hal ini juga dikatakan oleh Rasul Paulus yang mengatakan bahwa Kristus akan menempatkan Gereja di hadapan-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut …supaya Gereja-Nya kudus dan tidak bercela” (Ef 5:27). Jadi, kita sebagai anggota Gereja diajak untuk melihat Maria sebagai teladan. Kita harus berjuang ‘mengalahkan’ bujukan Iblis setiap hari, dengan mengandalkan kekuatan Roh Kudus.
Kesimpulan
    Dogma Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa Asal (Ineffabilis DeusThe Immaculate Conception) adalah pengajaran yang berdasarkan atas kebijaksanaan Allah yang tak terselami, yang membebaskan Bunda Maria dari dosa asal, sebab ia telah dipilih Allah sejak semula untuk menjadi Ibu PuteraNya Yesus Kristus. Pengajaran yang telah berakar lama dalam Gereja ini mengajak kita untuk melihat Bunda Maria sebagai teladan kekudusan, agar kitapun dapat berjuang hidup kudus setiap hari dengan mengandalkan rahmat Tuhan. Jadi fokus utama dogma ini bukan semata- mata untuk meninggikan Maria, tetapi untuk menyatakan kerahiman Tuhan yang tiada terbatas untuk menguduskan Maria sebagai ibu yang mengandung dan melahirkan Tuhan Yesus di dunia ini. Karena itu, Maria adalah model bagi Gereja dan teladan bagi kita masing-masing dalam hal kekudusan.
    Cerita di bawah ini tidak memiliki hubungan sama sekali dengan perayaan yang kita rayakan hari ini, tapi marilah kita menyimaknya dengan baik...

16 November 2022

Mengapa Kedatangan Yesus Perlu Dipersiapkan?

 

   Menanti merupakan sikap yang selalu dilakukan oleh semua orang. Sikap ini biasanya ditunjukkan dalam berbagai cara dan rupa. Orang yang memiliki sikap demikian, selalu mengharapkan apa yang ingin dinanti-nantikannya kelak dapat terwujud, atau setidak-tidaknya, dia merasakan bahwa sikapnya tidaklah sia-sia. Dia menanti, dia menunggu. Sikap ini digambarkan sebagai sikap penuh pengharapan.
     Dalam sejarah Gereja Katolik, sikap menanti ini identik dengan harapan menyambut Natal. Natal menjadi hari yang begitu indah untuk dirayakan bersama anggota keluarga. Maka, hal yang harus dilakukan agar kehadiran Natal menjadi lebih indah ialah dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan cara yang terbilang mudah seperti pantang dan puasa. Namun, kadang kala hal ini menjadi sangat sulit untuk dilakukan, sebab tidak adanya aturan dan hukum yang sungguh mengikat orang Katolik dalam menjalankan kedua hal tersebut. Kadang, orang Katolik lebih menyukai kehadiran Natal dengan segera dalam hidup tanpa harus melakukan persiapan apa pun. Natal juga sering menjadi ajang pamer-pameran, pamer sepatu baru, tas baru, baju baru, kaus baru, kemeja baru, anting baru, dan segala macam aksesoris lain yang baru. Umat Katolik lupa kalau ternyata, kehadiran masa sebelum Natal dinamakan sebagai masa penantian dan persiapan merupakan saat manusia meninggalkan segala kemewahan tersebut dan bersama-sama mengenangkan kehadiran Kristus yang sederhana di kandang hewan.

Makna 
     Masa Adven merupakan masa penantian penuh harapan dan sukacita akan kedatangan Tuhan dan masa mempersiapkan Natal dengan sikap pertobatan. Kata Adven sendiri bermakna "kedatangan" yang dalam bahasa Latin Adventus, meski sebenarnya saat kedatangan itu sendiri terjadi pada hari Natal, adventus Domini (kedatangan Tuhan). Mengapa demikian? Tadinya disebut ante adventum (sebelum kedatangan Tuhan) kemudian menjadi in adventu saja (saat adven).
     Masa Adven mempunyai dua tujuan yakni, pertama: masa Adven mengarahkan hati supaya umat, dengan penuh harapan, menantikan kedatangan Tuhan pada akhir zaman (Parousia), yang kita rayakan secara khusus pada Minggu I dan II masa Adven. Kedua, masa Adven mempersiapkan hari raya Natal yaitu hari perayaan kedatangan Tuhan yang pertama di antara umat manusia, yang kita rayakan selama Minggu III dan IV masa adven. Kedua tujuan ini diutamakan karena kita harus berfokus pada kedatangan Yesus pada kedatangan-Nya yang kedua dan sebelum Natal. 

Teologi 
   Adven sendiri sebenarnya mengingatkan kita akan dimensi historis-sakramental keselamatan Allah. Tuhan yang dinantikan adalah Dia yang hadir secara konkrit dalam sejarah hidup manusia. Karya keselamatan Allah teraktualisasi dalam realitas sejarah peradaban hidup manusia di dunia ini. Gereja hidup dalam keberlangsungan proses karya keselamatan Allah yang sudah dan sedang terwujud serta sekaligus masih senantiasa dinantikan kepenuhannya. Adven mengingatkan Gereja akan tugas misionernya untuk mewartakan Sabda Allah kepada segala bangsa agar senantiasa berjaga-jaga menyongsong kepenuhan Kerajaan Allah. Tindakan berjaga-jaga dan penantian tersebut tidak dilakukan dengan perasaan takut dan cemas melainkan dengan suasana penuh kegembiraan dan harapan.

Spiritualitas
    Selama masa Adven, Gereja mengajak umat beriman untuk mengahayati keutamaan-keutamaan Kristiani. Semangat dasar yang dihayati selama masa Adven adalah pengharapan, takwa dalam beriman, sikap tobat dan berpaling pada Allah, berjaga-jaga, kemurnian hati, dan penghargaan atas martabat orang lain. Semangat dasar itu ditampilkan antara lain oleh tokoh-tokoh Kitab Suci seperti Yesaya, Yohanes Pembaptis, Maria, dan Yosef.

Waktu
    Masa Adven dimulai dengan ibadat sore menjelang hari Minggu yang jatuh pada tanggal 30 November atau yang berdekatan dengan tanggal itu dan akan berakhir sebelum ibadat sore menjelang Hari Raya Natal.

Struktur 
    Masa Adven terdiri dari empat Minggu (Minggu Adven pertama-keempat) dan dua bagian yakni Adven Eskatologis (Minggu Adven I sampai 16 Desember) dan Adven Natalis (17 Desember sampai 24 Desember).

Tingkat Perayaan
1. Hari Minggu Adven I, II, III, dan IV setingkat Hari Raya
2. Hari-hari biasa dalam masa Adven dari tanggal 17-24 Desember setingkat pesta
3. Hari-hari biasa dalam masa Adven sampai tanggal 16 Desember termasuk hari biasa.
4. Bila Hari Raya St. Perawan Maria Tak Bernoda tanggal 8 Desember jatuh pada hari Minggu,      maka hari raya tersebut dipindahkan ke hari Senin sesudahnya.

Tema-tema Pokok Perayaan
1. Minggu Adven I berkaitan dengan pewartaan mengenai kedatangan Tuhan kembali dan ajakan untuk tetap berjaga-jaga.
2. Minggu Adven II berkaitan dengan pewartaan mengenai kotbah Yohanes Pembaptis tentang ajakan untuk bertobat.
3. Minggu Adven III menampilkan kembali tokoh Yohanes Pembaptis sebagai perintis jalan kedatangan Tuhan Yesus serta yang menunjukkan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan. Minggu Adven ini memiliki suasana kegembiraan atau biasa disebut dengan Minggu Gaudete (Minggu Sukacita).
4. Minggu Adven IV mengisahkan berbagai peristiwa menjelang kelahiran Yesus Kristus. Di sini yang ditampilkan ialah tokoh Maria, Yosef, dan Elizabeth. Minggu Adven ini merupakan masa persiapan yang paling dekat pada Hari Raya Kelahiran Tuhan Yesus.

Kegiatan selama Adven
    Sepanjang masa Adven hal yang perlu dilakukan dapat berupa kegiatan-kegiatan yang bersifat peribadatan (ibadat Adven, ibadat tobat, pemberkatan Korona, pertemuan Adven, dan novena Natal) pada 16 sampai 24 Desember maupun yang bersifat sosial kemasyarakatan (aksi Adven, perhatian kepada kaum miskin dan menderita, serta kejasama dengan setiap orang yang berkehendak baik).

Musik dan nyanyian
    Pada Minggu Adven I dan II, nyanyian-nyanyian yang digunakan bertemakan pengharapan Eskatologis (kedatangan Kristus pada akhir zaman). Minggu Adven III dan IV, nyanyian-nyanyian yang digunakan bertemakan kerinduan akan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Selama masa Adven, nyanyian Gloria tidak dinyanyikan, sementara alleluya tetap dinyanyikan. Musik hendaknya digunakan sesuai dengan suasana masa Adven.



Selamat menjalani masa Adven
Tuhan Yesus Memberkati
Salamku,


Fr. Herman M. F. Odang, OSM

Ordo Hamba-hamba Maria (OSM)

Sang Pelindung Penyakit Kanker dari OSM

    Pada hari ini dalam Ordo Hamba-hamba Maria (OSM) dirayakan pesta dari salah seorang figur besar yang juga merupakan satu dari antara San...

Para Hamba Maria